“GANGGARAM” PERTUNJUKAN CAK AIR
Main Article Content
Abstract
Perkembangan kesenian kecak dari awal terciptanya hingga kini terus melaju dengan pesat. Telah banyak tumbuh sekaa-sekaa kecak di daerah baik dalam bentuk kecak tradisi maupun kecak yang sudah dikembangkan dari segi pertunjukannya. Sebagai pewarisan tradisi, kesenian kecak kerap kali kita jumpai pada pertunjukan wisata yang disajikan di hadapan wisatawan. Pada umumnya konsep penyajiannya masih menggunakan pola-pola tradisional, baik kostum, tema, maupun garap musikalnya. Saat ini penyajian kesenian kecak lebih sering kita jumpai mempergunakan api sebagai pendukung garapan yang sering dikenal dengan sebutan kecak api. Diperlukan gubahan baru dalam penciptaannya. Kecak air, sebuah tawaran baru dalam penyajian kecak yang diciptakan sebagai penunjang komoditi pariwisata. Pertunjukan cak ini menggunakan air sebagai media pendukung garapan dengan judul “GanggaRam”. GanggaRam diambil dari kata Gangga sebagai simbol pemujaan Dewi Gangga, dan kata Ram dalam bahasa Sansekerta berarti yang menyenangkan. “GanggaRam” adalah pertunjukan kecak sebagai simbol pemujaan kepada Dewi Gangga yang memberikan sumber kehidupan dan kebahagian kepada manusia. Penciptaan karya “GanggaRam” ini menggunakan metode penciptaan dari Alma M. Hawkins melalui 3 tahapan, yaitu Exploration (eksplorasi), Improvisation (improvisasi), dan Forming (pembentukan). Tercipta sebuah karya gubahan baru dari penyajian cak air yang mampu bersaing dalam industi pariwisata sebagai produk unggulan wisata air terjun. Pesan yang ingin disampaikan dari karya ini adalah manusia harus mampu menjaga alam dan memanfaatkan air dengan baik untuk kelangsungan semua mahluk hidup di bumi.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
BALI DWIPANTARA WASKITA (Seminar Nasional Republik Seni Nusantara) © 2021 by Institut Seni Indonesia Denpasar is licensed under Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International