KONSEP KARL MARX TENTANG PROLETARIAT PADA FUNGSI MEDIA DIGITAL SANGGAR SENI
Main Article Content
Abstract
Penyebaran infeksi virus corona berdampak besar terhadap eksistensi sanggar seni tari di Jakarta. Banyak sanggar tari yang mengalami penurunan jumlah siswa, penyebabnya karena tidak adanya aktivitas kegiatan pembelajaran dan pertunjukan. Fakta menunjukkan bahwa hanya beberapa sanggar yang bisa bertahan saat pandemi covid-19. Bertahannya sanggar-sanggar seni tari ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana lembaga tersebut dapat bertahan di tengah maraknya perkembangan teknologi dan perubahan yang terjadi saat pandemi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah media digital masih dapat dianggap sebagai bagian dari sistem demokratis cukup baik untuk dianggap sebagai sebuah media yang menghapus hierarki kelas dan dominasi kuasa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sumber data adalah sanggar seni Ayodya Pala. Menggunakan pendekatan ekonomi politik media Marxist dan metode Analisis Wacana Kritis Van Djik. Data dikumpulkan melakukan observasi langsung dengan cara tidak berperan, wawancara, telaah dokumen dan studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukan penggunaan media digital sanggar Ayodya Pala tidak hanya menunjukkan trennya, tetapi juga menunjukkan bahwa dari sudut pandang ekonomi dan politik media Marxist, media digital membentuk hirarki sosial yang membedakan Ayodya Pala sebagai pemilik modal dan penggunanya dan menghasilkan ploretariat digital, yang dapat dilihat dalam komodifikasi regulasi pengguna media digital.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
BALI DWIPANTARA WASKITA (Seminar Nasional Republik Seni Nusantara) © 2021 by Institut Seni Indonesia Denpasar is licensed under Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International