REKA ALAM YANG DIREKA ULANG
Main Article Content
Abstract
Reka alam sudah sering tercerminkan dalam bidang lukisan sejak lama di Indonesia. Terutama di zaman era kolonial yang mencoba merekam serta mendokumentasi segala hal di sekitarnya demi sebuah laporan di negara asal koloni tersebut. Seringlah hasil lukisan tersebut diketahui sebagai Mooi Indië, keelokan Indonesia, sebuah gaya yang menjadi bagian daripada gaya lukisan Modernisme ala Indonesia. Namun, reka alam itu sekarang banyak yang tidak sejatinya seindah lagi. Setidaknya, reka alam itu direka ulang mengikuti apa yang terjadi padanya di lapangan hari ini. Ini terpapar dalam karya Made Bayak di tahun 2012 terutama melalui pamerannya di Santrian Art Gallery berjudul “Artist Don’t Lie” dan karya Ngakan Putu Agus Arta Wijaya (NPAAW) di tahun 2024 yang menjadi finalis UOB Painting of the Year Indonesia berjudul “Reset Landscape”. Pembahasan “Reka Alam yang Direka Ulang” bermaksud menyoroti penciptaan karya kedua perupa yang berjarak 12 tahun namun masih sama-sama relevan membicarakan keresahan yang terjadi pada alam atas ulah manusia. Adapun harapan yang masih ingin melanjutkan kehidupan berdampingan yang harmonis lagi bersama alam. Penelitian budaya visual yang melalui metodologi penelitian kualitatif ini bermaksud menyoroti representasi pengetahuan yang dihasilkan oleh karya Made Bayak dan NPAAW - bagai pengarsipan baru untuk masa depan.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
BALI DWIPANTARA WASKITA (Seminar Nasional Republik Seni Nusantara) © 2021 by Institut Seni Indonesia Denpasar is licensed under Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International