https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/issue/feedProsiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara2025-01-14T06:43:31+00:00I Putu Udiyana Wasista, S.Sn., M.Sn[email protected]Open Journal Systems<p><strong>Seminar Nasional Bali Sangga Dwipantara-Bali Dwipantara Waskita</strong></p> <p>Para peneliti, akademisi, dan peminat budaya yang terhormat,</p> <p>Kami dengan senang hati mengumumkan Seminar Nasional Bali Sangga Dwipantara, sebuah acara yang didedikasikan untuk mengeksplorasi beragam pengetahuan dan warisan budaya yang mempesona. Seminar ini bertujuan untuk menyediakan platform bagi para cendekiawan, praktisi, dan peminat untuk berkumpul dan terlibat dalam diskusi bermakna yang akan berkontribusi pada pelestarian dan kemajuan tradisi budaya dan pengetahuan akademik yang kaya.</p> <p>Bertajuk <strong>Wiswa-Manu-Wastu</strong></p> <p>Tajuk <strong>Wiswa-Manu-Wastu </strong>(Alam Manusia dan Sakral) menunjuk pemaknaan kecerdasan manusia dan keanggunan alam semesta alam sebagai daya dukung cipta seni, desain, dan susastra. Semesta alam dan kecerdasan manusia memainkan peran penting dalam penciptaan, pengembangan, dan pelestarian budaya dalam konteks seni dan desain. Alam semesta menginspirasi kecerdasan, penyedia material, menjadi medium karya cipta. Kecerdasan manusia berperan dalam membangun imajinasi, inovasi, dan konservasi dalam wujud seni dan desain yang merefleksikan semesta alam dan diri sendiri. Manusia dan alam semesta bersinergi dalam karya cipta.</p> <p>Sub-tema:<br />1. Elemen alam medium seni;<br />2. Interaksi seni dan desain dengan elemen alam;<br />3. Reka teknologi pemulihan dan konservasi lingkungan; <br />4. Alam semesta idiom kultural, etik tradisi, dan imajinasi persona-komunal;<br />5. Alam entitas religi dan ritus;<br />6. Semesta alam dalam harmoni diri manusia;<br />7. Alam dan manusia sebagai inspirasi rekacipta seni dan desain;<br />8. Representasi alam pada karya seni dan desain;<br />9. Abstraksi semesta alam dan manusia pada karya seni;<br />10. Narasi alam dalam estetika seni dan desain;<br />11. Eskpresi semesta stilistika seni dan desain;<br />12. Metafora semesta, makna, dan sugestinya.</p>https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/523ANALISIS PRODUK ORIGAMI BOTTLE KARYA SMÅTT LIVING DALAM KONSERVASI LINGKUNGAN MELALUI REKAYASA TEKNOLOGI BERKELANJUTAN2024-12-16T09:53:24+00:00Wayan Dedy Prayatna[email protected]Nyoman Ayu Permata Dewi[email protected]I Ketut Sida Arsa[email protected]<div class="page" title="Page 1"> <div class="section"> <div class="layoutArea"> <div class="column"> <p>Penggunaan botol plastik sekali pakai memiliki dampak lingkungan yang signifikan, mendorong pengembangan produk ramah lingkungan yang dapat menggantikan peran botol plastik. Origami Bottle, karya Smått Living, merupakan inovasi produk yang menggabungkan material silikon dan desain lipat yang terinspirasi dari origami untuk menciptakan botol minum yang portabel, mudah disimpan, dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan menganalisis inovasi produk Origami Bottle dengan menggunakan teori inovasi dari Joseph Schumpeter, yang meliputi konsep creative destruction dan new combinations. Metode penelitian ini adalah analisis deskriptif-kualitatif yang berfokus pada pemahaman peran inovasi desain dan material dalam memenuhi kebutuhan pasar yang semakin peduli terhadap lingkungan. Hasil analisis menunjukkan bahwa Origami Bottle merupakan contoh nyata dari creative destruction, dengan menawarkan alternatif berkelanjutan yang berpotensi menggantikan botol plastik sekali pakai. Inovasi ini tidak hanya menarik minat konsumen, tetapi juga mendorong perubahan perilaku konsumsi menuju produk yang lebih ramah lingkungan. Kesimpulannya, Origami Bottle berhasil menerapkan kombinasi baru yang sesuai dengan prinsip inovasi Schumpeter, menghadirkan produk yang tidak hanya memenuhi kebutuhan praktis dan estetis, tetapi juga mendukung konservasi lingkungan. Inovasi ini membuka peluang bagi pertumbuhan pasar produk ramah lingkungan dan menginspirasi perusahaan lain untuk menciptakan inovasi yang berkelanjutan.</p> </div> </div> </div> </div>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/524BEDAWANG NALA: SIMBOL PENOPANG SEMESTA DAN REFLEKSI KESADARAN LINGKUNGAN DALAM MASYARAKAT BALI2024-12-16T09:58:33+00:00Ida Bagus Hari Kayana Putra[email protected]Ida Ayu Gede Sasrani Widyastuti[email protected]Dewa Gede Satya Adi Maha Utamia[email protected]<div class="page" title="Page 1"> <div class="section"> <div class="layoutArea"> <div class="column"> <p>Bedawang Nala, dalam kosmologi Hindu Bali, melambangkan kekuatan kosmis yang menopang keseimbangan alam semesta. Dalam konteks masyarakat Bali yang berada di jalur tektonik aktif, mitos Bedawang Nala memainkan peran penting sebagai simbol kesadaran lingkungan dan harmoni kosmik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji simbolisme Bedawang Nala sebagai refleksi kesadaran ekologis masyarakat Bali serta mengeksplorasi relevansinya dalam pelestarian lingkungan. Menggunakan metode kualitatif deskriptif, data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan tokoh agama, seniman, dan pakar budaya, serta observasi lapangan di situs-situs yang menampilkan simbol Bedawang Nala. Studi literatur juga dilakukan untuk mendalami makna filosofis dan kosmologis simbol ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bedawang Nala dan tiga naga kosmik (Ananta, Basuki, dan Taksaka) yang mewakili elemen tanah, air, dan udara bukan hanya ornamen sakral, tetapi juga instrumen penyadaran ekologi. Dalam konteks krisis ekologi global, Bedawang Nala menawarkan perspektif etika lingkungan yang dapat diimplementasikan dalam pendidikan dan pelestarian budaya. Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan bahwa kearifan lokal seperti mitos Bedawang Nala memiliki potensi besar dalam mendukung upaya pelestarian lingkungan melalui seni, arsitektur, dan praktik budaya berbasis nilai ekologis.</p> </div> </div> </div> </div>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/525ASIH ASUH: KREASI FASHION BERKELANJUTAN DARI LIMBAH KONVEKSI DAN TENUN ENDEK BALI2024-12-16T10:24:48+00:00Putu Ayu Adiyanti[email protected]<div class="page" title="Page 1"> <div class="section"> <div class="layoutArea"> <div class="column"> <p>Tantangan keberlanjutan dan dampak lingkungan dari produksi pakaian saat ini menjadi perhatian yang semakin mendesak. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan koleksi fashion berkelanjutan dengan memanfaatkan limbah konveksi dan kombinasi kain tenun Endek Bali. Upaya ini tidak hanya memperpanjang usia tekstil tetapi juga mengurangi limbah dan memberdayakan pengrajin lokal. Metode Design Thinking digunakan untuk untuk menghasilkan solusi inovatif dengan memahami kebutuhan dan aspirasi pengguna. Penelitian ini menggabungkan pendekatan deskriptif kuantitatif. Metode kuantitatif menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data mengenai pandangan audiens terhadap koleksi “Asih Asuh” dengan 150 responden dari berbagai usia seluruh Indonesia. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan data yang dikumpulkan sesuai dengan kondisi yang ada. Pembahasan dalam artikel ini mencakup konsep desain dan implementasi keberlanjutan dalam industri fashion dengan dampak positif pada pengurangan limbah tekstil, pemberdayaan pengrajin lokal serta respon audiens terhadap koleksi ini. Penelitian ini diharapkan dapat mendukung perkembangan industri fashion berkelanjutan di Indonesia.</p> </div> </div> </div> </div>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/526EKSPLORASI FOAM SEBAGAI MEDIUM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA KONTEMPORER2024-12-16T10:27:14+00:00I Gede Jaya Putra[email protected]I Wayan Adi Sucipta[email protected]A.A Gde Trisna Suryadinata T.Y[email protected]<div class="page" title="Page 1"> <div class="section"> <div class="layoutArea"> <div class="column"> <p>Artikel ini membahas tentang eksplorasi dan eksperimentasi medium PU foam dengan menghadirkan segala kemungkinan visual yang mampu diwacanakan. Kesadaran akan medium juga berimbas pada lahirnya wacana terkait sikap integritas sebagai tindak keberlanjutan proses kehidupan masyarakat, ditengah gempuran arus modernisasi yang mengacu pada wacana globalisasi, serta maraknya pola hidup individualism dengan menanggalkan ketulus-ikhlasan yang divisualkan ke dalam bentuk seni rupa kontemporer. Kekaryaan berfokus pada proses imajinasi dengan mencari makna-makna baru yang dapat dipakai sebagai proses penyadaran terhadap nilai kemanusian serta budaya saat ini. Sumber data diperoleh melalui pendekatan kualitatif menggunakan metode deskriptis analisis. Penciptaan menggunakan pendekatan yatna yaitu Rasa Tulus Ikhlas, Rasa bakti dan memuja, Pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing menurut desa kalapatra dan Sumber ilmu pengetahuan suci dan kebenaran, beserta teori Simulacra oleh Baudrillard. Penelitian yang merujuk pada penciptaan karya seni memberi keleluasaan eksplorasi medium yang bermuara pada persoalan kebebasan, kreativitas, spirit yang mengacu pada struktur penciptaan seni media baru. Hasil karya menunjukan hasil dari realitas dengan memunculkan kode-kode yang menyiratkan makna baru, merujuk pada pola hidup masyarakat kini yang ambigu, tumpang tindih, absurd serta complicated. Dengan demikian pemanfaatan PU foam sebagai medium baru yang dikaitkan pada wacana integritas, diharapkan mampu merepresentasikan persoalan serta memberi penyadaran akan fenomena yang terjadi pada masyarakat kini, serta kekaryaan mampu menjadi bagian kebaruan dalam struktur penciptaan seni rupa kontemporer Indonesia.</p> </div> </div> </div> </div>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/527EKSPRESI SENI SEBAGAI SIMBOL KONSERVASI ALAM MELALUI RITUS SANG HYANG DELING2024-12-18T08:11:40+00:00Dewa Gede Satya Adi Maha Utamia[email protected]<div class="page" title="Page 1"> <div class="section"> <div class="layoutArea"> <div class="column"> <p>Penelitian ini mengeksplorasi Ritus Sang Hyang Deling sebagai bentuk ekspresi seni yang mencerminkan simbol konservasi alam melalui kearifan lokal masyarakat Kinamani. Tujuan penelitian ini adalah memahami bagaimana simbolisme dalam tarian Sang Hyang Deling berperan sebagai model konservasi alam berbasis budaya. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi untuk memahami makna ekologis dan spiritual dalam ritus ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sang Hyang Deling, melalui penggunaan boneka lontar dan ritual, memperkuat kesadaran ekologis dan hubungan harmonis antara manusia dan alam sesuai filosofi Tri Hita Karana. Kesimpulannya, Ritus Sang Hyang Deling tidak hanya sebagai warisan budaya religius, tetapi juga sebagai mekanisme pelestarian lingkungan yang holistik dan berkelanjutan.</p> </div> </div> </div> </div>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/528KAJIAN ESTETIKA TARI LEGONG PELAYON BANJAR BINOH KAJA DALAM PELESTARIAN DI ERA MODERNISASI2024-12-18T08:14:13+00:00Ni Made Haryati[email protected]I Wayan Diana Putra[email protected]Kadek Diah Pramanasari[email protected]<div class="page" title="Page 1"> <div class="section"> <div class="layoutArea"> <div class="column"> <p>Di era modernisasi ini, perkembangan teknologi sangat pesat yang digunakan untuk membantu dan mendukung kegiatan manusia. Salah satu teknologi yang marak digunakan adalah penggunan gadget sebagai alat komunikasi dan informasi di segala usia baik muda maupun usia lanjut. Beberapa orang mempercayai bahwa perkembangan teknologi ini tentunya memberikan dampak positif kepada anak-anak agar mereka tidak ketinggalan zaman. Dampak negatiF dapat dilihat dari segi kesehatan, efek media social, perkembangan mental, proses berfikir, serta keterbatasan interaksi. Salah satu upaya untuk menanggulangi ketergantungan anak-anak pada gadget adalah dengan membangkitkan kembali pelatihan-pelatihan di bidang seni. Salah satu daerah yang mampu mendukung pelestarian kesenian adalah Banjar Binoh Kaja, Desa Ubung Kaja, Denpasar merupakan salah satu banjar di Kota Denpasar yang terkenal dalam bidang seni palegongan. Tari Legong sebagai dasar tari putri tentunya memiliki tingkat kesukaran dari segi teknik gerak tari. Masyarakat banjar Binoh berharap para generasi penerus dapat melestarikan tari legong salah satunya adalah tari Legong Pelayon. Tarian ini merupakan salah satu legong yang telah jarang dipelajari dan ditarikan hingga masyarakat khawatir tarian ini akan mengalami kepunahan. Sehingga perlu adanya upaya untuk melaksanakan penelitian mengenai estetika bentuk tari Legong Pelayon gaya Banjar Binoh Kaja.</p> </div> </div> </div> </div>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/529KAJIAN FILM ANIMASI “ANIMA JAGRA LOKA” MELALUI SEMIOTIKA ROLAND BARTHES2024-12-18T08:17:55+00:00Gede Pasek Putra Adnyana Yasa[email protected]Arya Pageh Wibawa[email protected]Made Hendra Mahajaya Pramayasa[email protected]<div class="page" title="Page 1"> <div class="section"> <div class="layoutArea"> <div class="column"> <p>Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sampah plastik telah menjadi salah satu masalah yang paling mendesak di seluruh dunia yang harus segera ditangani. Berbagai jenis media digunakan untuk menyebarkan pesan edukasi dan memperingatkan masyarakat akan bahaya sampah plastik. Film animasi adalah salah satu cara yang efektif untuk menyampaikan pesan lingkungan. Selain hiburan, animasi juga efektif sebagai sarana penyampaian pesan, termasuk pesan-pesan pendidikan, budaya, dan sosial yang mampu membentuk opini publik. Salah satu contoh animasi dengan misi edukatif adalah “Anima Jagra Loka,” yang mengusung tema pentingnya menjaga lingkungan dari sampah plastik. Film ini merupakan hasil dari penelitian dan penciptaan dalam bidang Seni-Desain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana film animasi Anima Jagra Loka menggunakan simbolisme dan visualisasi untuk menyampaikan pesan penting tentang bahaya sampah plastik yang mencemari air, tanah, dan udara. Metode yang diterapkan adalah semiotika Roland Barthes, yang menitikberatkan pada cara manusia memberikan makna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui makna denotasi, konotasi dan mitos dari visualisasi film ini menyampaikan pesan yang sangat kuat tentang pentingnya menjaga air, tanah, dan udara dari polusi sampah plastik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat akan bahaya sampah plastik serta mendorong partisipasi dalam menjaga lingkungan.</p> </div> </div> </div> </div>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/530LEGENDA BANYUWANGI DALAM PERTUNJUKAN DRAMA GONG MODERN SRI TANJUNG2024-12-18T08:21:31+00:00Ni Wayan Suratni[email protected]Ni Wayan Iriani[email protected]Made Ayu Desiari[email protected]<div class="page" title="Page 1"> <div class="section"> <div class="layoutArea"> <div class="column"> <p>Tujuan penelitian terapan ini adalah menciptakan sebuah Drama Gong Bali modern Sri Tanjung. Drama Gong Tradisional Bali semakin termarjinalkan ditengah perkembangan industri hiburan seni yang semakin tidak monoton. Disatu sisi, tidak banyak penonton drama mengetahui tentang legenda Banyuwangi. Permasalahannya adalah: 1) Bagaimana bentuk drama gong Bali modern Sri Tanjung?; 2) Bagaimana proses penciptaan drama gong Bali modern Sri Tanjung yang berorientasi pada legenda Banyuwangi?; Sebuah drama Gong Bali Modern Sri Tanjung dapat terwujud berdasarkan penggunaan metode R&D dalam perspektif kajian seni. Penciptaan diawali dengan kegiatan studi lapangan dan studi pustaka mengenai drama gong tradisional Bali dan legenda Banyuwangi. Luaran dalam bentuk formula kemudian dikonstruksi, diimplementasikan dalam bentuk drama gong Bali, diujicoba dan dipromosikan sebagai drama Gong Bali modern Sri Tanjung. Hasil penelitian menunjukan: 1) bentuk drama gong Bali modern Sri Tanjung ini menggunakan cerita legenda Banyuwangi, gamelan gong kebyar, bahasa Indonesia, sound system, fog dan tata cahaya lampu modern; 2) horizon semesta panggung drama gong Bali modern Sri Tanjung ini tercipta melalui tahap mencari ide, tahap merancang karya seni, tahap sosialisasi, tahap uji coba karya seni pada panggung drama dan tahap promosi karya seni di panggung alas purwo extravaganza, Banyuwangi.</p> </div> </div> </div> </div>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/531LITERASI BUDAYA MELALUI FILM DOKUMENTER BRAHMAN CEREMONY2024-12-18T08:24:12+00:00I Made Denny Chrisna Putra[email protected]I Nyoman Payuyasa[email protected]Ida Bagus Hari Kayana Putra[email protected]Ni Nyoman Ayu Suciartini[email protected]<div class="page" title="Page 1"> <div class="section"> <div class="layoutArea"> <div class="column"> <p>Film dapat merefleksikan sebuah peradaban suatu negara atau bangsa. Melalui karya film, seseorang dapat melihat dengan jelas rangkaian sejarah, budaya, filosofi, fenomena, bahkan gejolak sosial yang pernah terjadi di suatu zaman menuju zaman lainnya. Film terutama film dokumenter juga menjadi media yang kuat untuk dapat menjaga eksistensi kebudayaan. Peran film di era globalisasi ini menjadi suatu kajian yang menarik untuk dapat menghadirkan tontonan yang sekaligus dapat menjadi tuntunan bagi masyarakat. Apalagi jika menilik situasi masyarakat kini yang hidup di antara gelimang arus budaya global yang tentu saja mengancam keudayaan yang dimiliki. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis nilai-nilai literasi budaya dalam film dokumenter Brahman Ceremony. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data observasi dan wawancara. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan prosedur model interaktif Milles dengan tahapan tiga analisis data, yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) verifikasi atau penarikan simpulan. Hasil penelitian ini adalah film dokumenter berjudul Brahmana Ceremony ini merupakan film dokumenter yang digarap dengan tipe expository. Tipe ini berupa narasi (voice over) yang memaparkan/menjelaskan serangkaian fakta yang dikombinasikan bersamaan dengan gambar-gambar di film. Literasi budaya yang disajikan di antaranya ritus budaya ngaben yang seorang sulinggih mulai dari awal prosesi hingga akhir.</p> </div> </div> </div> </div>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/532MENGANGKAT CERITA RAKYAT BALI DALAM ANIMASI: STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER DAN PENGUATAN IDENTITAS BUDAYA2024-12-18T08:32:32+00:00I Made Hendra Mahajaya Pramayasa[email protected]Gede Lingga Ananta Kusuma Putra[email protected]Gede Pasek Putra Adnyana Yasa[email protected]<div class="page" title="Page 1"> <div class="section"> <div class="layoutArea"> <div class="column"> <p>Budaya lokal Indonesia, termasuk kekayaan tradisi Bali, menghadapi tantangan besar di tengah derasnya pengaruh budaya global. Salah satu upaya penting untuk melestarikan dan mempromosikan identitas budaya Bali adalah melalui pengangkatan cerita rakyat dalam bentuk media animasi. Penggunaan animasi sebagai medium edukatif diharapkan dapat menjembatani tradisi budaya dengan teknologi modern, sehingga budaya Bali dapat dikenal lebih luas oleh masyarakat di luar Bali, terutama di kalangan generasi muda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan memahami secara mendalam bagaimana cerita rakyat Bali dapat diimplementasikan dalam animasi untuk tujuan pendidikan karakter dan penguatan identitas budaya. Melalui analisis cerita rakyat Bali yang dipilih dari buku Kumpulan Cerita Rakyat, penelitian ini mengeksplorasi aspek budaya khas Bali yang relevan untuk ditampilkan dalam animasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerita rakyat Bali yang diangkat dalam animasi dapat menjadi sarana efektif untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air, kebanggaan budaya, serta membentuk karakter mulia pada generasi muda.</p> </div> </div> </div> </div>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/534MODEL BISNIS PRODUK SERVICE SYSTEM DALAM DESAIN: PENGURANGAN LIMBAH UNTUK KONSERVASI LINGKUNGAN2024-12-18T08:36:58+00:00Nyoman Ayu Permata Dewi[email protected] Made Gana Hartadi[email protected]Ni Kadek Karuni[email protected]<div class="page" title="Page 1"> <div class="section"> <div class="layoutArea"> <div class="column"> <p>Pertumbuhan bisnis yang memproduksi barang dengan masa pakai singkat menyebabkan peningkatan limbah, berdampak negatif pada lingkungan. Konsep Product Service System (PSS) menurut Osaka Mont menawarkan solusi berkelanjutan dengan memisahkan nilai dari kepemilikan produk, memungkinkan konsumen untuk menggunakan produk melalui penyewaan tanpa harus membelinya. Penelitian ini mengeksplorasi penerapan PSS pada Diata Make Up & Hair Do, sebuah perusahaan di Bali yang menyediakan penyewaan kostum pernikahan dan jasa tata rias. Metode kualitatif digunakan untuk mengumpulkan data melalui wawancara dan analisis literatur guna memahami dampak PSS terhadap pengurangan limbah dan penerimaan konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model PSS di Diata tidak hanya mengurangi permintaan akan produk baru tetapi juga membantu memperpanjang siklus hidup produk yang ada. Selain itu, penerapan PSS ini memberikan alternatif yang ekonomis dan berkelanjutan bagi masyarakat, serta meningkatkan kesadaran tentang praktik konsumsi yang ramah lingkungan. Penelitian ini menegaskan potensi PSS sebagai model bisnis yang dapat diadopsi lebih luas untuk mendukung keberlanjutan lingkungan.</p> </div> </div> </div> </div>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/535MODIFIKASI BAHAN SERAT ALAM DAUN NANAS DAN KAIN TENUN TENGANAN SEBAGAI BAHAN UTAMA PEMBUATAN TAS2024-12-18T08:40:52+00:00Vita Wulansari[email protected]I Gusti Ayu Agung Mia Darmiati[email protected]<div class="page" title="Page 1"> <div class="section"> <div class="layoutArea"> <div class="column"> <p>Artikel ilmiah ini menyajikan sebuah penelitian tentang modifikasi bahan berfokus pada serat daun nanas dan kain Tenun Tenganan sebagai bahan utama dalam pembuatan tas. Studi ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kualitas dan kekuatan bahan, tetapi juga mengeksplorasi dampak positif terhadap edukasi pertanian di Denpasar. Melibatkan pendekatan inovatif terhadap bahan lokal, penelitian ini mengungkap potensi pengembangan industri kreatif yang berkaitan dengan pertanian. Hasil modifikasi bahan memberikan kontribusi terhadap pemberdayaan masyarakat lokal, menciptakan produk tas yang unik, dan memperkaya nilai ekonomi serta budaya di wilayah tersebut. Artikel ini mengajukan saran untuk pengembangan lebih lanjut, pemberdayaan masyarakat, dan kerjasama antara industri dan pendidikan sebagai langkah-langkah strategis untuk mendukung pertumbuhan industri kreatif lokal dan membangkitkan edukasi pertanian di Denpasar.</p> </div> </div> </div> </div>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/536NGELANGENIN DALAM GENDER WAYANG STUDI KASUS: GENDING BIMANIYU GAYA TENGANAN KARANGASEM2024-12-18T08:43:32+00:00Ni Putu Hartini[email protected]I Gusti Putu Sudarta[email protected]I Ketut Muryana[email protected]<div class="page" title="Page 1"> <div class="section"> <div class="layoutArea"> <div class="column"> <p>Pelestarian budaya menjadi isu penting di tengah arus globalisasi yang semakin kuat. Banyak bentuk seni tradisional terancam punah karena minimnya apresiasi dari generasi muda. Gamelan gender wayang, sebagai salah satu warisan budaya, perlu mendapat perhatian khusus agar tetap relevan serta memiliki keterkaitan erat dengan pengembangan kecerdasan manusia terutama generasi mendatang. Gending Bimaniyu merupakan salah satu gending Gender Wayang yang kaya makna dan tradisi di daerah Tenganan, Karangasem, Bali. Sebagai bagian dari budaya Bali, gending ini memiliki keunikan mengandung nilai-nilai estetika dan filosofis yang mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap estetika dan makna di balik Gending Bimaniyu gaya Tenganan Karangasem. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara dan observasi untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang teknik permainan. Melalui pengumpulan data yang sistematis, dihasilkan analisis yang komprehensif mengenai estetika dan makna Gending Bimaniyu Gender Wayang Gaya Tenganan yakni makna religius, kreativitas serta makna pelestarian.</p> </div> </div> </div> </div>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/537SUSTAINABLE FASHION DI INDONESIA: STRATEGI DAN TANTANGAN BRAND JARUM HIJAU BY ALI CHARISMA2024-12-18T08:45:56+00:00Ni Luh Ayu Pradnyani Utami[email protected]Tjokorda Gde Abinanda Sukawati[email protected]Nyoman Dewi Pebryani[email protected]<div class="page" title="Page 1"> <div class="section"> <div class="layoutArea"> <div class="column"> <p>Peningkatan kesadaran global terhadap dampak industri pada lingkungan menjadikan pendekatan berkelanjutan di sektor fashion semakin penting. Indonesia memiliki industri tekstil dan fashion terbesar di Asia Tenggara, polusi dari proses produksi yang menimbulkan dampak pencemaran lingkungan. Sustainable fashion atau fesyen berkelanjutan hadir sebagai alternatif untuk mengurangi dampak ini melalui praktik ramah lingkungan. Brand Jarum Hijau by Ali Charisma adalah salah satu contoh implementasi sustainable fashion di Indonesia. Studi ini dilakukan dengan pengumpulan data melalui wawancara, obeservasi, dan penelitian literatur, diuraikan dan dianalisis berdasarkan aspek sustainable fashion, yang terdiri dari lima pilar yang berfungsi sebagai acuan untuk praktik sustainable fashion. Penelitian ini mengkaji strategi yang diterapkan Jarum Hijau dalam praktik sustainable fashion serta tantangan yang dihadapinya, dengan tujuan memberikan wawasan tentang pengembangan industri fashion berkelanjutan di Indonesia. Melalui penelitian ini didapatkan hasil bahwa Brand Jarum Hijau by Ali Charisma memanfaatkan bahan ramah lingkungan, menerapkan teknik zero waste, produksi lokal, dan edukasi konsumen untuk mendukung penerapan sustainable fashion di industri fashion. Namun, tantangan seperti biaya produksi yang tinggi, kesadaran konsumen yang masih rendah, infrastruktur daur ulang yang terbatas, dan persaingan dengan fast fashion global tetap menjadi kendala.</p> </div> </div> </div> </div>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/538TAS WANITA BERORNAMEN GAYA PURI AGUNG KARANGASEM SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN ORNAMEN KHAS KARANGASEM2024-12-18T08:50:25+00:00I Nyoman Laba[email protected]Ida Ayu Gede Artayani[email protected]Ni Kadek Karuni[email protected]<div class="page" title="Page 1"> <div class="section"> <div class="layoutArea"> <div class="column"> <p>Dewasa ini telah banyak hadir karya seni yang mengangkat nilai-nilai tradisi sebagai sumber ide penciptaan, begitu juga beragam bentuk produk kriya yang telah mengangkat ornamen tradisional Bali sebagai unsur dekorasinya. Namun jika diperhatikan, tidak semua gubahan ornamen yang diterapkan berakar pada eksplorasi keaslian khazanah ornamen Bali. Salah satu contoh ornamen yang belum pernah dipopulerkan adalah gaya ornamen pada arsitektur Puri Agung Karangasem, karena memiliki keunikan dan kekhasan yang tidak dapat ditemukan pada bangunan Puri lainnya di Bali. Bentuk dan pola motif ornamen yang terdapat di Puri tersebut memiliki peluang yang cukup besar untuk dieksplorasi dalam berkarya seni. Penelitian yang berorientasi pada penciptaan ini bertujuan untuk memunculkan motif ornamen gaya Puri Agung Karangasem, melalui eksplorasi dan replika pola motif dalam penciptaan karya seni berbentuk tas wanita. Tujuan jangka panjangnya adalah pelestarian budaya melalui penerapan dan pengembangan penciptaan produk kriya dalam berbagai varian bentuk dan material, dan menjadikan hasil dari pengembangan motif tersebut sebagai motif ornamen Karangasem yang memiliki identifikasi geografis dalam kesejarahan yang kuat. Metode yang akan digunakan dalam mewujudkan reka cipta produk tas wanita ini adalah metode Tiga Tahap Enam Langkah (Gustami). Metode ini digunakan untuk memenuhi semua proses yang akan dilakukan, dari tahap observasi sampai pada tahap evaluasi. Pada luaran penciptaan ini menghasilkan 5 buah karya seni kriya berbentuk tas wanita berbahan batu alam, kayu, dan kulit berornamen gaya Puri Agung Karangasem.</p> </div> </div> </div> </div>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/541GELUNGAN PANJI DALAM KULTUR BALI, SEBUAH KAJIAN HERMENEUTIK ANTROPOLOGIS2024-12-22T11:54:04+00:00Ida Ayu Wayan Arya Satyani[email protected]Ida Ayu Trisnawati[email protected]I Gusti Putu Sudarta[email protected] I Wayan Sudirana[email protected]<p><em>Gelungan</em> Panji adalah hiasan kepala tokoh Panji dalam seni pertunjukan dramatari Gambuh. Dibandingkan dengan bagian busana lainnya, <em>gelungan</em> Panji mendapat perlakuan istimewa dari masyarakat pemiliknya. Dihormati sebagai <em>sungsungan, </em>bergelar Ratu Panji atau Batara Panji Landung Shakti, ada juga cerita <em>gelungan</em> Panji <em>niskala</em>. Meski demikian, kajian mendalam mengenai <em>gelungan</em> Panji belum ditemukan. Tujuan penelitian ini, untuk menginterpretasi makna <em>gelungan</em> Panji melalui bahasan: Apa itu <em>gelungan</em> Panji? Mengapa mendapat perlakuan istimewa? Bagaimana bentuk, struktur, dan makna <em>gelungan</em> Panji? Penelitian ini menggunakan metoda interpretasi dalam teori hermeneutika antropologis menurut Clifford Geertz. Terdapat empat langkah operasional dalam metoda ini, yaitu: 1) menentukan objek (teks) dan komunitas etnis (penulis teksnya), 2) melakukan studi etnografi, 3) menuliskan, merefleksikan, memahami struktur makna, 4) pelukisan mendalam, menemukan struktur makna yang khas. Hasil penelitian bahwa keyakinan masyarakat Bali terhadap prinsip <em>hulu teben; satyam-siwam-sundharam; </em>dan<em> taksu</em> mengejawantah dalam perilaku memuliakan <em>gelungan</em> Panji. Desain <em>gelungan</em> Panji tersusun oleh sepuluh elemen utama yang mencerminkan keutamaan Panji. Panji merupakan karakter idaman masyarakat Nusantara dengan keutamaan fisik, mental, maupun spiritual sebagai seorang bangsawan. Bangsawan di era kini hendaknya dimaknai sebagai setiap individu yang mampu memenuhi tantangan zaman, berguna bagi setiap mahluk, memiliki kecerdasan spiritual serta kerendahhatian sebagaimana citra Panji.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/542TARI JEJANGERAN CARUB: MENGGAMBARKAN HARMONI ALAM DAN ANCAMAN PENCEMARAN LAUT2024-12-22T12:00:16+00:00Ida Ayu Wimba Ruspawati[email protected]<p>Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi Tari Jejangeran Carub sebagai media komunikasi dalam menyampaikan pesan keberlanjutan ekosistem laut kepada masyarakat pesisir Nusa Penida, Bali. Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan atas meningkatnya ancaman pencemaran laut, khususnya oleh sampah plastik, yang berdampak buruk pada tradisi mebulung (penanaman rumput laut), sebuah praktik ekonomi dan budaya penting bagi masyarakat setempat. Dengan menggunakan metode autoetnografi, penelitian ini mengintegrasikan pengalaman langsung penulis dengan kehidupan komunitas petani rumput laut di Nusa Penida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tari Jejangeran Carub efektif menyampaikan pesan sosial dan ekologis tentang pentingnya menjaga kebersihan laut. Tari ini tidak hanya berfungsi sebagai pertunjukan seni, tetapi juga sebagai alat edukatif yang meningkatkan kesadaran publik mengenai pelestarian lingkungan laut dan budaya lokal. penelitian ini membuktikan bahwa seni tradisional, seperti Tari Jejangeran Carub, dapat menjadi alat yang signifikan dalam mendorong kesadaran ekologis. Tari ini memperlihatkan peran seni pertunjukan dalam memperkuat identitas budaya dan mendukung keberlanjutan lingkungan melalui pendekatan yang mudah dipahami oleh masyarakat luas.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/543REPRESENTASI SUARA SUNARI SEBAGAI SUMBER PENCIPTAAN TARI REJANG SWARA SUNARI2024-12-22T12:02:53+00:00Ida Ayu Gede Sasrani Widyastuti[email protected]<p>Penelitian ini mengkaji representasi suara sunari sebagai sumber penciptaan Tari Rejang Swara Sunari, sebuah inovasi dalam seni tari Bali yang mengintegrasikan suara tradisional Bali, yaitu sunari, ke dalam gerakan tari. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami peran dan makna suara sunari dalam membentuk koreografi dan ekspresi spiritual dalam tarian tersebut. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif-analitis, melibatkan studi pustaka, observasi partisipatif, dan wawancara untuk mengumpulkan data tentang hubungan antara suara sunari, gerakan tari, dan dimensi spiritual dalam tarian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suara sunari, dengan karakteristik lembut dan mendayu, tidak hanya menjadi pengiring musik, tetapi juga sebagai elemen utama yang menentukan pola gerak dan ekspresi emosional penari. Kolaborasi antara koreografer, penari, dan musisi dalam menciptakan gerakan yang responsif terhadap suara sunari menghasilkan harmoni antara tubuh dan suara, yang memperkaya pengalaman emosional dan spiritual dalam pertunjukan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa Tari Rejang Swara Sunari menciptakan pengalaman seni yang holistik dengan menghubungkan dimensi material dan spiritual, serta memperkuat dialog antara tubuh, suara, dan spiritualitas dalam tradisi Bali.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/544MUTIARA: ELEMEN JENAMA DALAM MASKOT PILKADA KOTA MATARAM 2024-12-22T12:06:18+00:00Hasbullah Hasbullah[email protected]I Wayan Swandi[email protected]I Nyoman Yoga Sumadewa[email protected]<p>Pilkada Kota Mataram memerlukan pendekatan yang inovatif dalam komunikasi visual untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat. <em>Mutiara</em>, maskot yang dirancang khusus untuk Pilkada Kota Mataram, hadir sebagai simbol yang menggambarkan keindahan, ketulusan, dan nilai-nilai demokrasi yang diusung dalam proses pemilihan kepala daerah. Akan tetapi, bagaimana peran Mutiara sebagai penguat identitas pilkada kota Mataram. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji peran simbol Mutiara dalam maskot pilkada Kota Mataram tahun 2024. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan berlandasan teori semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian ini mengungkap peran simbol Mutiara dalam maskot pilkada Kota Mataram tahun 2024, sebagai kekuatan budaya lokal yang indah serta ketulusan Masyarakat dalam mensukseskan pesta demokrasi yang diselenggarakan lima tahunan. Implikasi hasil penelitian ini sebagai refrensi teoritik dalam memahami penguat identitas jenama pilkada.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/545TRANSFORMASI BUDAYA DALAM KEINDAHAN MOTIF WASTRA BALI2024-12-22T12:17:51+00:00Made Gana Hartadi[email protected]I Nyoman Suardina[email protected]I Wayan Dedy Prayatna[email protected]<p>Motif Wastra Bali merupakan motif pakaian <em>out of the box</em> yang dirancang berdasarkan tema baru dengan berpedoman pada budaya Bali. Inspirasi budaya Bali diperoleh dari kain tradisional, atraksi budaya, mitologi Hindu, dan bangungan tradisional yang dipadukan dengan gaya <em>pop art </em>sehingga menjadi ilustrasi sederhana namun jenaka, serta disusun acak berpedoman pada teknik <em>patch work. </em>Motif Wastra Bali memiliki komposisi keindahan yang rumit, sehingga menciptakan daya tarik tersendiri melalui transformasi budaya dalam estetika <em>postmodern</em>. Penelitian ini bertujuan mengkaji estetika <em>postmodern </em>motif Wastra Bali. Metode penelitian adalah kualitatif dengan teknik analisis data Miles & Huberman. Data dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan kepustakaan. Data yang terkumpul, kemudian dianalisis melalui proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini adalah motif Wastra Bali memiliki nilai estetika <em>postmodern </em>yang termasuk idiom <em>pastiche. </em>Objek inspirasi motif Wastra Bali merupakan teks masa lalu yang termasuk idiom estetika klasik<em>. </em>Peniruan bentuk dan susunan objek inspirasi menjadi objek ilustrasi menerapkan prinsip kesamaan dan imitasi murni. Perubahan bentuk detail menjadi sederhana dan jenaka menjadi apresiasi positif kekayaan budaya lokal dengan mencabut semangat zaman masa lalu berupa asal-usul objek inspirasi, kemudian menempatkannya dalam semangat zaman kini menjadi objek ilustrasi kreatif dan inovatif dalam wujud motif Wastra Bali.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/546KAJIAN ESTETIKA BENTUK JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DENGAN PENDEKATAN FILSAFAT NUSANTARA LINGGA YONI TATTWA WIDYA LANGO 2024-12-22T14:04:09+00:00Imtihan Hanom[email protected]Rizka Rachmawati[email protected]Andrianto Andrianto[email protected]<p>Pemprov DKI Jakarta melakukan revitalisasi JPO atau yang lebih dikenal dengan Jembatan Penyeberangan Orang. Revitalisasi dengan merubah bentuk dan menambah fasilitas di JPO memberi nilai lebih yaitu adanya penerapan estetika di JPO. Objek kajian dalam penelitian ini adalah beberapa JPO yang terletak di Jalan Jendral Sudirman. Pemilihan objek kajian dikarenakan jalan Sudirman merupakan pusat kawasan bisnis terbesar di Indonesia dan memiliki trotoar yang terintegrasi JPO dan Halte bus sehingga dipadati oleh para pejalan kaki. Dalam penelitian ini akan menyandingkan proses kreatif terciptanya sebuah desain di JPO dengan pendekatan pendekatan filsafat Nusantara melalui teori estetika Bali yaitu lingga yoni tattwa widya lango. Penelitian ini juga bertujuan agar pembaca dapat memahami proses penciptaan desain JPO yang dikaitkan dengan 9 teori kreatifitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan sumber data melalui telaah dokumen, wawancara kepada Dinas Bina Marga Jakarta Pusat, dan observasi langsung di JPO sepanjang Jalan Sudirman Jakarta. Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena belum ada kajian estetika dalam ranah interior arsitektur khususnya JPO yang menggunakan pendekatan filsafat Nusantara. Penelitian ini juga dapat menjadi salah satu cara untuk memperkenalkan potensi budaya tradisi yang memiliki nilai luhur. Hasil dari penelitian ini adalah memberikan pemahaman mengenai terciptanya sebuah desain JPO melalui pendekatan filsafat Nusantara.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/547WAYANG CINEMA LAKON KAPI BALI LINA SEBUAH MODEL PENGEMBANGAN WAYANG KULIT BALI 2024-12-22T15:12:43+00:00I Made Marajaya[email protected]Ida Bagus Gede Surya Peradantha[email protected]<p>Artikel ini bertujuan untuk mengkaji estetika Wayang Cinema berjudul Kapi Bali Lina yang diproduksi oleh SMK 3 Sukawati Gianyar. Wayang Cinema yang memadukan dua elemen estetik dari wayang kulit dan seni perfileman ini, telah ikut meramaikan kesenian wayang di media sosial melalui Channel Youtube. Wayang Cinema yang mengangkat cerita Kapi Bali Lina ini memakai medium wayang kulit dan “aktor” manusia. Permasalahan yang diangkat dalam artikel ini adalah; (1) bagaimana estetika Wayang Cinema lakon Kapi Bali Lina?; (2) apa pesan moral yang terkandung di dalam lakon Kapi Bali Lina?. Permasalahan di atas dikaji menggunakan metode kualitatif. Data yang diperoleh di lapangan dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan literatur. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif interpretatif, dan didukung dengan teori kreativitas dan estetika postmodern. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi pembaruan dalam pertunjukan wayang kulit Bali, menggunakan peran wayang dan manusia, serta dikemas dengan teknik perfileman. Garapan Wayang Cinema dengan lakon Kapi Bali Lina ini memberi pesan moral, yaitu <em>satya wacana</em> dan kesalahpahaman. Terbunuhnya Subali oleh Sang Rama karena petunjuk para dewata, bahwa yang dibunuh oleh Sang Rama adalah sifat orang yang tidak pernah menempati janjinya.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/548ARSITEKTUR PURA PENULISAN: INTERAKSI DESAIN DENGAN SISA GUNUNG PURBA2024-12-23T01:48:10+00:00I Gede Mugi Raharja[email protected]I Putu Udiyana Wasista[email protected]<p>Interaksi desain arsitektural tempat suci dengan alam pegunungan sudah dilakukan oleh beberapa suku bangsa di dunia, termasuk di Bali. Pura Penulisan sudah dibangun sebagai tempat suci sejak masa prasejarah, yang dibangun pada sebuah bukit di pegunungan Desa Sukawana. Permasalahannya, bagaimana undagi Bali masa prasejarah merancang tempat suci yang berinteraksi dengan alam pegunungan dan bagaimana konsep desainnya. Secara garis besar metode yang digunakan dalam penelitian, menggunakan studi kasus dan penelitian lapangan, untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang objek yang diteliti, dan interaksi lingkungan sosial budaya, khususnya terkait konsep ruang arsitektur Pura Penulisan. Dari hasil penelitian, diketahui Pura Penulisan dibangun pada sisa lereng Gunung Penulisan purba. Undagi Bali prasejarah berhasil mendesain tempat suci Pura Penulisan berupa teras-teras bertingkat. Pola ruang arsitektur teras bertingkat merupakan pola punden berundak, warisan budaya megalitik prasejarah.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/549PENCIPTAAN TARI GALOMBANG CARANO DENGAN PENDEKATAN SILAT MINANGKABAU2024-12-23T05:06:12+00:00Yulinis Yulinis[email protected]I Gede Mawan[email protected]Ni Made Liza Anggara Dewi[email protected]<p>Membentuk seni yang kreatif memang tidak mudah, karena bentuk kerjanya adalah berbentuk kolektif. Pencipta seni harus mampu memadukan unsur-unsur yang terlibat dalam satu kesatuan yang utuh. Unsur-unsur yang terlibat ini juga manusia yang memiliki kreativitas dan pemaknaan sendiri. Maksudnya, dalam sebuah tari, seorang penari akan memiliki interpretasi sendiri, sehingga ketika bergerak, wujud yang hadir adalah wujud dari interpretasi penari tersebut. Kalau ini terjadi maka akan ada perbedaan maksud. Untuk itu seorang koreografer harus bisa menyatukan seluruh kemampuan unsur untuk menjadi sesuatu yang benar-benar mereka sepakati. Koreografer merupakan tonggak utama yang harus sensitif dan kreatif. Kemampuan sensitivitasnya bisa menangkap tema untuk dikembangkan menjadi sesuatu yang baru (redefinition) secara sepenuhnya dan dengan kreativitasnya sanggup mereproduksi kembali tangkapan dengan baik, kaya, kena dan penuh elaborasi detil yang tepat. Untuk unsur yang lain seperti penari, pemusik dan unsur lainnya merupakan unsur yang akan menjalankan gagasan sang koreografer. Akan tetapi tidak tertutup kemungkinan terhadap unsur lain dalam menerapkan kreativitasnya sejauh tidak bertentangan dengan kreativitas koreografer. Galombang Carano membantu pengembangan konsep tradisi untuk kepentingan pertunjukan yang lebih modern dan kontemporer. Hal ini merupakan wujud dari perkembangan tari saat ini di Minangkabau Sumatera Barat. Begitu pula hendaknya karya-karya tari yang lain dengan memakai konsep seni tradisional setempat.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/551ALAM SEBAGAI DAYA CIPTA SENI 2024-12-23T08:22:31+00:00I Kadek Widnyana[email protected]Fauziah Shahab[email protected]Ni Kadek Dwiyani[email protected]Rinto Widyarto[email protected]Ida Bagus Hari Kayana Putra[email protected]<p>Kajian ini bertujuan mengeksplorasi hubungan antara alam dan seni, dengan fokus pada bagaimana elemen-elemen alam menginspirasi berbagai bentuk ekspresi artistik, serta dampaknya terhadap kesadaran lingkungan. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan analisis tematik melalui studi literatur, wawancara dengan seniman, dan survei untuk menggali perspektif seniman dan masyarakat mengenai pengaruh alam dalam seni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alam tidak hanya berfungsi sebagai subjek estetis, tetapi juga sebagai medium untuk menyampaikan pesan tentang perubahan ekologis, keindahan yang rapuh dan keberlanjutannya. Seniman dari berbagai disiplin, termasuk seni lukis, fotografi, seni instalasi, dan seni pertunjukan (khususnya seni sastra dan seni pedalangan) yang menggambarkan alam sebagai refleksi dari hubungan manusia dengan lingkungannya. Pembahasan lebih lanjut, bahwa alam sangat menginspirasi para sastrawan/kawi sastra dengan berbagai ilustrasi dan imajinasi “lango”-nya tersurat ke dalam bait-bait syair yang estetik. Karya sastra inilah menjadi sumber inspirasi para seniman (dalang) dalam memberikan tuntunan di setiap lakonnya berkaitan dengan alam. Dampak sosial dan kultural dari seni yang mengangkat tema alam diharapkan dapat memperkuat hubungan manusia dengan lingkungan serta mendorong perubahan sosial menuju keberlanjutan.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/552ANALISIS RELEVANSI DAN MAKNA PADA DESAIN BALIHO PESTA KESENIAN BALI TAHUN 2020-2023 TERHADAP KONSEP SAT KERTHI LOKA BALI 2024-12-28T00:22:34+00:00Gede Bayu Segara Putra[email protected]Wahyu Indira[email protected]Ida Bagus Ketut Trinawindu[email protected]<p>Artikel ini bertujuan untuk menganalisis relevansi dan makna dari desain baliho Pesta Kesenian Bali (PKB) dalam mencerminkan konsep Sat Kerthi Loka Bali, sebuah filosofi yang menekankan keseimbangan spiritual dan ekologis dalam kehidupan masyarakat Bali. Sebagai media publikasi, baliho PKB berfungsi tidak hanya sebagai sarana promosi acara budaya tetapi juga sebagai medium visual untuk menyampaikan nilai-nilai kearifan lokal yang tertanam dalam Sat Kerthi Loka Bali. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotik terhadap elemen-elemen visual, seperti warna, simbol, dan tipografi pada desain baliho. Data diperoleh melalui studi pustaka dan observasi pada beberapa baliho PKB yang dipublikasikan dalam periode 2019–2023. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain baliho PKB secara konsisten mengusung simbol-simbol budaya dan religius yang mendukung visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, yaitu menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali. Melalui penggunaan simbol-simbol khas Hindu-Bali, warna-warna natural, dan bentuk visual yang mencerminkan filosofi Tri Hita Karana, baliho PKB berfungsi sebagai perwujudan nilai spiritual dan identitas budaya Bali. Penelitian ini menekankan pentingnya peran desain komunikasi visual dalam memperkuat ideologi pelestarian budaya dan ekologi melalui media publikasi.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/553KONSEP KARL MARX TENTANG PROLETARIAT PADA FUNGSI MEDIA DIGITAL SANGGAR SENI2024-12-28T01:27:10+00:00Denta Mandra Pradipta Budiastomo[email protected]Wahyu Wibowo[email protected]<p>Penyebaran infeksi virus corona berdampak besar terhadap eksistensi sanggar seni tari di Jakarta. Banyak sanggar tari yang mengalami penurunan jumlah siswa, penyebabnya karena tidak adanya aktivitas kegiatan pembelajaran dan pertunjukan. Fakta menunjukkan bahwa hanya beberapa sanggar yang bisa bertahan saat pandemi covid-19. Bertahannya sanggar-sanggar seni tari ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana lembaga tersebut dapat bertahan di tengah maraknya perkembangan teknologi dan perubahan yang terjadi saat pandemi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah media digital masih dapat dianggap sebagai bagian dari sistem demokratis cukup baik untuk dianggap sebagai sebuah media yang menghapus hierarki kelas dan dominasi kuasa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sumber data adalah sanggar seni Ayodya Pala. Menggunakan pendekatan ekonomi politik media Marxist dan metode Analisis Wacana Kritis Van Djik. Data dikumpulkan melakukan observasi langsung dengan cara tidak berperan, wawancara, telaah dokumen dan studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukan penggunaan media digital sanggar Ayodya Pala tidak hanya menunjukkan trennya, tetapi juga menunjukkan bahwa dari sudut pandang ekonomi dan politik media Marxist, media digital membentuk hirarki sosial yang membedakan Ayodya Pala sebagai pemilik modal dan penggunanya dan menghasilkan ploretariat digital, yang dapat dilihat dalam komodifikasi regulasi pengguna media digital.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/554KONSEP SUSTAINABLE FASHION DALAM KOLEKSI BUSANA CAKRAWALA2024-12-28T02:12:46+00:00Made Tiartini Mudarahayu[email protected]Tjok Istri Ratna CS[email protected]Ni Luh Ayu Pradnyani Utami[email protected]<p>Belum adanya teknologi pengolahan limbah yang baik khususnya untuk limbah cair akibat dari industri tekstil di Indonesia, menuntut desainer untuk mampu menunjukkan upaya pengendalian limbah sebagai bentuk kesadaran akan konsep keberlanjutan dalam industri fashion. Konsep sustainable fashion menjadi konsep dasar dalam penciptaan kolesi busana Cakrawala ini, tidak hanya berfokus pada aspek bahan melalui penggunaan tekatil Ecoprint yang lebih ramah lingkungan, aspek sosial melalui penggunaan endek Bali seseh juga dilakukan untuk melestarikan ekosistem pembuatan wastra Bali khususnya endek. Pada prosesnya peneliti menerapkan metode penciptaan frangipani: the secret step of art fashion. Hasil dari penelitian ini yaitu koleksi busana Cakrawala terdiri atas lima busana yang terbagi ke dalam tiga busana wanita dan dua busana pria. Menggunakan kain Ecoprint dan endek Bali seseh sebagai material dengan memperhatikan material lain yang ramah lingkungan seperti wool dan katun twill, pola yang menghasilkan limbah yang minimal atau jika bisa hingga zero waste, desain yang timeless sehingga dapat menjadi bagian dari slow fashion dan tidak tergerus oleh zaman dan tergeser tren, serta penggunaan endek Bali seseh sebagai bentuk kesadaran akan penerapan konsep sustainability fashion dalam kearifan lokal Bali. Melalui perwujudan lima busana dalam koleksi Cakwala ini diharapkan dapat menjadi model implementasi SDGs dalam perkembangan industri fashion kedepannya.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/556NILAI ESTETIK MUSIK DALAM DRAMA TARI KESEMPATAN KEDUA2024-12-28T10:55:15+00:00Ketut Sumerjana[email protected]Ni Wayan Mudiasih[email protected]Ni Kadek Diah Pramanasari[email protected]<p>Musik dan tarian telah lama menjadi bagian integral dari tradisi seni pertunjukan, di mana mereka saling mendukung dalam menciptakan pengalaman estetika yang imersif bagi penonton. Dalam drama tari Second Chance, musik tidak hanya berfungsi sebagai pengiring tetapi juga sebagai elemen yang memperkuat narasi dan emosi dalam cerita. Drama ini menggambarkan perjalanan seorang individu yang menghadapi tantangan hidup, mencari penebusan, dan meraih peluang baru. Musik memainkan peran penting dalam menggambarkan perubahan suasana hati karakter, serta dalam mengangkat tema pengampunan dan harapan. Nilai estetika musik dalam pertunjukan ini terletak pada harmoni antara melodi, ritme, dan dinamika suara, yang dipadukan dengan gerak tubuh para penari. Seni Pertunjukan Estetika, musik tidak hanya menjadi pengiring, tetapi juga membentuk makna dalam sebuah karya seni. Musik dapat membangkitkan perasaan dan menciptakan ikatan emosional yang mendalam antara penari, musik, dan penonton. Dalam konteks ini, musik memperkaya narasi dan pengalaman emosional dari drama tari Second Chance, memperkuat makna dan dampak emosional dari pertunjukan.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/557PENCIPTAAN FILM DOKUMENTER TUTUR LELAKU I KETUT MUJI 2024-12-28T11:18:49+00:00I Nyoman Payuyasa [email protected]Ida Bagus Hari Kayana Putra[email protected]Gangga Lawranta[email protected]<p>Bali memiliki maestro dengan rekam jejak besar bernama I Ketut Muji. I Ketut Muji merupakan maestro tari yang memiliki karakter dan style (gaya) yang kuat khususnya dalam Tari Baris. I Ketut Muji memiliki pemahaman mendalam terhadap nilai sebuah tarian. Saat ini Ketut Muji berusia 93 tahun. Merupakan sebuah langkah penting untuk mendokumentasikan keahlian dan pengetahuan seorang maestro ke dalam film agar nilai-nilai dan etika dalam diri I Ketut Muji dapat terwariskan. Film ini diproduksi untuk dapat mengalirkan pengetahuan, sikap, dan pandangan hidup I Ketut Muji tentang tari dan penari kepada para pelaku seni tari di Bali kini dan nanti. Penciptaan film dokumenter ini memiliki kekuatan dan kompleksitas tinggi sebagai sebuah media yang dekat lekat dengan masyarakat. Film ini juga dapat digunakan sebagai alat propaganda dalam usaha pelestarian budaya. Film dokumenter menggunakan tipe atau gaya penuturan ekspositori. Gaya ekspositori pada prinsipnya penceritaan film akan didukung dengan narasi (voice over) yang memaparkan/menjelaskan serangkaian fakta yang dikombinasikan bersamaan dengan gambar-gambar di film. Tahap penciptaan dalam film dokumenter meliputi tiga tahapan utama, yaitu tahap praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Film dokumenter ini diberikan judul Tutur Lelaku I Ketut Muji dengan durasi 15 menit menggunakan tiga pembabakan cerita.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/558MAKNA SAKRAL DAN FUNGSI SIMBOL KERAMIK PORSELIN MOTIF WAYANG KAMASAN SEBAGAI ORNAMEN DI PURA PETITENGET KEROBOKAN BADUNG2024-12-30T23:11:40+00:00Ni Made Rai Sunarini[email protected]I Ketut Muka[email protected]I Wayan Karja[email protected]<p>Pura sebagai tempat pemujaan umat Hindu Dharma merupakan bagian dari Arsitektur Tradisional Bali, memiliki keunikan dan hirarki makna yang paling utama. Pura Petitenget memiliki budaya lokal dengan memakai keramik porselin motif wayang kamasan sebagai ornamen dengan konsep Tri Angga. Pura Petitenget sebagai Cagar Budaya Lokal Kabupaten Badung No 26 Tahun 2013 Pasal 32. Pura Petitenget berdiri sejak abad ke-16 masehi yang diempon oleh masyarakat Desa Adat Kerobokan. Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui makna yang melandasi keramik porselin motif Wayang Kamasan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengambilan data <em>snowballing</em> dan <em>purposive sampling</em>. Teori yang digunakan adalah teori semiotika dan teori hermenutika. Hasil penelitian menunjukan, makna keramik porselin motif wayang kamasan dengan konsep Tri Angga menerapkan berbagai motif wayang kamasan mulai dari motif Acintya, Dewa-Dewi, tokoh-tokoh Ramayana, dan motif binatang serta motif tumbuh-tumbuhan. Makna keramik porselin motif wayang kamasan yang diaplikasikan ke dalam piring keramik porselin di Pura Petitenget mengandung makna sakral dan fungsi simbol (pada tingkatan Utamaning Angga, Madyaning Angga, dan Nistaning Angga), makna sosial, makna budaya, dan makna ekonomi. Makna yang terkandung memiliki nilai kebaruan yang unik dan berkarakter. Dapat melestarikan nilai-nilai seni budaya dan kearifan lokal dibidang keramik Bali agar tidak hilang karena tergerus oleh modernisasi.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/559PENINGKATAN KECERDASAN MUSIKAL GURU SENI BUDAYA MELALUI ARANSEMEN LAGU RAKYAT BALI SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN BUDAYA2025-01-02T07:46:18+00:00I Komang Darmayuda[email protected]Ni Wayan Ardini[email protected]Ni Luh Sustiawati[email protected]<p>Pelestarian seni budaya merupakan tanggung jawab yang harus dijaga oleh setiap generasi. Kompetensi guru dalam seni musik, khususnya dalam mengajarkan lagu-lagu rakyat Bali, menjadi penting untuk menjaga keberlangsungan tradisi lokal. Salah satu cara untuk meningkatkan kecerdasan musikal guru adalah melalui pelatihan aransemen lagu rakyat Bali. Dengan pemahaman yang baik tentang aransemen, guru tidak hanya mampu mengajarkan musik, tetapi juga memotivasi siswa untuk lebih mencintai budaya lokal mereka. Lagu rakyat Bali mengandung nilai-nilai budaya yang mendalam, dan pengajarannya di sekolah dapat membantu siswa memahami jati diri mereka sebagai bagian dari budaya tersebut. Pelatihan aransemen lagu rakyat Bali dalam bentuk vokal kelompok diberikan pada 30 orang guru seni budaya SMP di Kabupaten Buleleng. Metode yang digunakan berupa workshop, diskusi dan sharing session, praktik langsung, dan evaluasi serta umpan balik. Hasil pelatihan menunjukkan, bahwa guru sangat disiplin, antusias, dan responsif. Mereka telah memahami dan mampu mempraktikkan pengaransemenan lagu rakyat Bali dalam bentuk vokal kelompok, dengan nilai pada aspek vokal berkisar antara 80-86; aspek musikalitas antara 80-87; dan aspek penampilan antara 75-80. Pelatihan ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kompetensi guru, melestarikan budaya lokal, dan memperkaya materi pembelajaran. Diharapkan, pelatihan ini dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan dalam pengajaran seni budaya di sekolah-sekolah.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/560PENCIPTAAN TARI BERBASIS FLORA DAN FAUNA UNTUK ANAK USIA DINI DI PAUD2025-01-03T03:29:34+00:00Kadek Diah Pramanasari[email protected]Reni Anggraeni[email protected]Ida Ayu Gede Sasrani[email protected]<p>Penelitian ini mengkaji proses penciptaan tari berbasis flora dan fauna yang dirancang khusus untuk anak usia dini di PAUD. Penciptaan tari ini melalui beberapa tahap, mulai dari observasi hingga pembentukan, dengan fokus pada aspek gerak dan lagu sebagai media pengajaran. Melalui pendekatan yang interaktif dan menyenangkan, guru membantu anak-anak memvisualisasikan karakteristik flora dan fauna dalam bentuk gerak sederhana yang dipadukan dengan lagu. Penerapan tari ini diharapkan tidak hanya menumbuhkan apresiasi anak terhadap lingkungan alam, tetapi juga mendukung perkembangan motorik dan kognitif mereka melalui proses belajar yang kreatif. Kesimpulan penelitian ini yaitu, bagaimanapun bentuk gerak dan lagu yang diciptakan oleh Guru PAUD hendaknya disesuaikan dengan karakteristik dari peserta didik. Penciptaan Tari berbasis flora dan fauna anak usia dini di PAUD ini, diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi anak-anak terhadap alam, sekaligus mengembangkan kemampuan motorik dan imajinasi mereka melalui media tari yang edukatif dan menyenangkan</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/561PERSPEKTIF MANUSIA DAN RUANG PADA CAGAR BUDAYA TAMAN NARMADA 2025-01-03T05:57:06+00:00Ida Ayu Ketut Andriyogi Pradnyaswari[email protected]<p>Perkembangan dinamika pariwisata mengubah tatanan pola ruang menyesuaikan dengan kebutuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk memahami konsepsi ruang oleh manusia pada bangunan cagar budaya. Taman Narmada merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang diakui sebagai warisan leluhur. Masyarakat setempat menggunakan Taman Narmada sebagai ruang komunal untuk bersosialisasi. Fenomena mengenai perspektif masyarakat terhadap tatanan ruang sebagai bangunan cagar budaya menjadi signifikansi pada penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menemukan bahwa kecerdasan daya cipta ruang Taman Narmada sebagai kawasan sakral yang dapat dijaga dan dilestarikan sebagai warisan leluhur. Taman Narmada merupakan inspirasi reka cipta seni alam semesta pada tradisi. Pura Kalasan, Pemerajan, dan Bale Petirtaan dipelihara kesakralannya sehingga terjaga kesuciannya sesuai dengan tradisi, nilai, dan makna ruang. Masyarakat memanfaatkan ruang terbuka sebagai area beraktivitas fisik, edukasi, dan rekreasi. Penelitian ini juga menemukan bahwa perilaku manusia melihat potensi lingkungan sebgaai ruang yang efektif. Penelitian ini memberikan pemahaman baru mengenai perspektif masyarakat memaknai ruang sebagai daya cipta alam semesta yang penting.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/562TARI KREASI BARU SIWA NATARAJA KARYA I GUSTI AGUNG NGURAH SUPARTHA2025-01-04T11:05:16+00:00I Ketut Sariada[email protected]<p>Tujuan penelitian ini mengkaji tari Kreasi baru<em> Siwa Nataraja, </em>sebuah tari kreasi baru menggambarkan Siwa sebagai <em>pencipta</em>, <em>pemelihara</em>, dan <em>pelebur</em>. Tari ini diciptakan pada tahun 1985 oleh I Gusti Agung Ngurah Supartha dari Desa Abiantuwung, Tabanan. Penelitian kualitatif ini mengangkat tiga permasalahan, yaitu: bentuk, faktor pendorong, dan makna tari <em>Siwa Nataraja</em> Karya I Gusti Agung Ngurah Supartha. Teori yang dipakai landasan untuk membedah ke tiga permasalahan adalah teori dekonstruksi, teori estetika dan teori semioti. Dari segi bentuk, Tari Kreasi Baru<em> Siwa Nataraja </em>dikelompokkan tari tunggal (solo), memiliki struktur pementasan yang terdiri dari <em>pepeson, pengawak, </em>dan <em>pengecet atau penyuwud</em>. Siwa digambarkan memiliki kekuatan yang sanggup memutar dunia. Saat dunia diputar, muncul ritme-ritme dalam kehidupan, dan ritme-ritme itulah yang tampak sebagai gerak-gerak tari. Faktor-faktor pendorong terciptanya tari kreasi baru <em>Siwa Nataraja</em> adalah faktor internal dan eksternal. Makna, tarian ini memiliki makna hiburan, makna kreativitas, makna estetika dan makna identitas. Makna kreativitas berlandaskan makna estetika untuk menemukan makna identitas.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/563HARMONI DIRI DAN SEMESTA: KONSEP ENERGI KOSMIS DALAM CIPTA SENI LUKIS KONTEMPORER2025-01-04T12:29:25+00:00I Wayan Karja[email protected]<p>Artikel ini bertujuan mengeksplorasi hubungan antara manusia dan semesta melalui konsep energi kosmis dalam cipta seni lukis kontemporer. Metode pendekatan kualitatif interpretatif dan <em>art-based research</em> digunakan 12 gambar sebagai objek studi untuk menegaskan pembahasan. Fokus utama penelitian adalah pada konsep energi kosmis, estetika simbolik, dan elemen-elemen spiritual yang tercermin dalam bentuk, warna, dan komposisi karya seni. Penelitian ini menggali bagaimana simbol visual dalam lukisan dapat dijadikan penghubung dimensi kehidupan fisik dan spiritual, serta menjelaskan peran seni lukis sebagai medium untuk membangun harmoni antara manusia dan alam semesta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karya seni tidak hanya berfungsi sebagai ekspresi estetis, tetapi juga sebagai sarana transformasi batin yang dapat memperkuat dan meningkatkan kesadaran energi kosmis. Artikel ini memberikan kontribusi signifikan baik secara praktis maupun akademis, dengan menawarkan wawasan baru tentang energi kosmis dalam seni lukis kontemporer dan memperkaya perspektif estetis, artistik, serta spiritual dalam studi seni.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/564SINERGI KECERDASAN MANUSIA DAN PELESTARIAN BUDAYA DALAM PERMAINAN TRADISIONAL BALI2025-01-04T12:48:51+00:00Ni Luh Sustiawati[email protected]A.A. Trisna Ardanari Adipurwa[email protected]Wayan Paramartha[email protected]<p>Permainan tradisional Bali adalah salah satu aset budaya nasional yang harus dilestarikan karena permainan tradisional Bali merupakan bagian integral dari budaya masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai sosial, spiritual, dan kearifan lokal. Sementara itu, konsep kecerdasan manusia, baik kecerdasan intelektual, emosional, maupun spiritual, semakin dipandang penting dalam membentuk kepribadian individu yang holistik. Pengintegrasian kecerdasan manusia dalam pelestarian budaya permainan tradisional Bali dapat menjadi salah satu solusi dalam menjaga kelestarian budaya ini serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peran permainan tradisional Bali dalam pengembangan kecerdasan manusia dan pelestarian budaya; mendeskripsikan sistem pewarisan permainan tradisional Bali; dan mendeskripsikan sinergi antara kecerdasan manusia dan pelestarian budaya melalui permainan tradisional Bali. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sinergi antara kecerdasan manusia dan pelestarian budaya dalam permainan tradisional Bali dapat membentuk ekosistem budaya yang adaptif. Tradisi dapat dipelajari dan diwariskan dengan cara yang relevan di era modern. Melalui pendekatan ini, permainan tradisional dapat dipahami bukan hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai media untuk pengembangan kecerdasan multidimensional generasi muda Bali.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/565REKA ALAM YANG DIREKA ULANG2025-01-04T14:20:37+00:00Dewa Ayu Eka Savitri Sastrawan[email protected]<p>Reka alam sudah sering tercerminkan dalam bidang lukisan sejak lama di Indonesia. Terutama di zaman era kolonial yang mencoba merekam serta mendokumentasi segala hal di sekitarnya demi sebuah laporan di negara asal koloni tersebut. Seringlah hasil lukisan tersebut diketahui sebagai Mooi Indië, keelokan Indonesia, sebuah gaya yang menjadi bagian daripada gaya lukisan Modernisme ala Indonesia. Namun, reka alam itu sekarang banyak yang tidak sejatinya seindah lagi. Setidaknya, reka alam itu direka ulang mengikuti apa yang terjadi padanya di lapangan hari ini. Ini terpapar dalam karya Made Bayak di tahun 2012 terutama melalui pamerannya di Santrian Art Gallery berjudul “Artist Don’t Lie” dan karya Ngakan Putu Agus Arta Wijaya (NPAAW) di tahun 2024 yang menjadi finalis UOB Painting of the Year Indonesia berjudul “Reset Landscape”. Pembahasan “Reka Alam yang Direka Ulang” bermaksud menyoroti penciptaan karya kedua perupa yang berjarak 12 tahun namun masih sama-sama relevan membicarakan keresahan yang terjadi pada alam atas ulah manusia. Adapun harapan yang masih ingin melanjutkan kehidupan berdampingan yang harmonis lagi bersama alam. Penelitian budaya visual yang melalui metodologi penelitian kualitatif ini bermaksud menyoroti representasi pengetahuan yang dihasilkan oleh karya Made Bayak dan NPAAW - bagai pengarsipan baru untuk masa depan.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/566TOLERANSI DALAM MULTIKULTURALISME KARYA CIPTA FOTOGRAFI EKSPRESI2025-01-04T15:33:49+00:00Anis Raharjo[email protected]I Made Bayu Pramana[email protected]I Made Saryana[email protected]<p>Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan merefleksikan keindahan serta keragaman budaya masyarakat Indonesia khususnya Bali melalui karya fotografi ekspresi. Di Bali, yang terkenal dengan kekayaan budaya dan alamnya, multikulturalisme terlihat melalui ragam tradisi, agama, dan interaksi sosial. Dalam konteks ini, karya fotografi ekspresi diharapkan dapat menyampaikan pesan toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman budaya. Penciptaan ini memanfaatkan teori estetika fotografi, teori multikulturalisme dan teori semiotika Roland Barthes. Teori estetika fotografi menjadi dasar pemahaman keindahan dalam seni fotografi, sementara teori multikulturalisme membantu menjelaskan nilai-nilai multikultural budaya tangible dan intangible, serta pengaruhnya terhadap cara pandang masyarakat. Semiotika Roland Barthes digunakan untuk menelaah simbol dan pesan dalam fotografi terkait identitas dan keragaman budaya. Metode penciptaan yang diterapkan meliputi observasi, eksperimen, pengolahan karya, penampilan akhir karya, dan analisis. Observasi pada interaksi sosial yang menggambarkan toleransi, sedangkan eksprerimentasi mencakup penggabungan teknik pemotretan fotografi dan editing, termasuk penggunaan mixed media. Hasil karya ini dirancang dengan prinsip komposisi visual yang komunikatif, yang diharapkan dapat meningkatkan apresiasi mengenai keberagaman budaya. Melalui fotografi ekspresi sebagai representasi visual media edukatif dan inspiratif. Penciptaan ini diharapkan mampu menginspirasi seniman dan masyarakat untuk terus menghargai serta melestarikan kekayaan budaya yang ada, terutama dalam konteks masyarakat multikultural seperti Bali.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/567PENCIPTAAN SENI UNTUK MEMULIAKAN ALAM2025-01-04T17:11:56+00:00I Wayan Setem[email protected]Gede Yosef Tjokropramono[email protected]I Wayan Gulendra[email protected]<p>Artikel ini bertujuan untuk menelaah proses penciptaan karya seni object art yang terinspirasi dari pengamatan atas aktivitas penambangan eksploitatif pasir di Kecamatan Selat. Dampak penambangan telah memicu peningkatan pertumbuhan sektor ekonomi, namun masyarakat penambang tampaknya tidak pernah sadar dengan dampak kerusakan lingkungan yang sudah dan akan ditimbulkan. Eksploitatif penambangan pasir menimbulkan persoalan yang luar biasa yang tak terbayangkan sebelumnya, utamanya dari aspek keberlanjutan ekosistem sangat merugikan dan tidak akan bisa terbentuk seperti matra alam sebelumnya. Realitas kerusakan penomena penambangan eksploitatif pasir tersebut menjadi thema dan <em>subject matter </em>kekaryaan. Selanjutnya dari hasil observasi dilakukan pengumpulan dan pemilahan data sehingga pengkarya memperoleh pemahaman, kedalaman dan keluasan cara pandang. Setelah mendapat pemahaman, lalu <em>insights </em>diubah menjadi proses kreatif melalui aksi yakni aksi simbolis berupa kekaryaan. Untuk mewujudkan kekaryaan mengunakan metode pendekatan dan langkah-langkah kreatif untuk membantu mengembangkan kemampuan mencipta yang mencakup tahapan-tahapan terstruktur maupun langkah yang tidak terduga, spontan dan intuitif. Problematikanya dinyatakan ke dalam bentuk bahasa rupa menggunakan metode penyangatan/hiperbola. Target kekaryaan tidak hanya sebagai ekspresi individual yang terbatas pada persoalan estetik namun menjadi cara atau alat untuk menyeberangkan (mengkampanyekan) isu lingkungan.</p>2025-01-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/577PRAKTEK SOSIAL PEDULI SAMPAH PLASTIK MELALUI FILM ANIMASI INDONESIA 2025-01-10T04:31:00+00:00Ehwan Kurniawan[email protected]<p>Pencemaran yang bersumber dari mikroplastik merupakan salah satu permasalahan global yang saat ini sedang menjadi sorotan bagi para pemerhati lingkungan. Pada 2023 lalu Animasi “Kiko in the Deep Sea” tayang di bioskop, menceritakan kisah petualangan karakter ikan Kiko bersama Tingting, Lola, Poli, Patino, Karkus, dan Pupus yang sedih melihat di kehidupan di bawah lautnya terjadi kerusakan ekosistem. Pesan dari animasi Kiko selain sebagai sarana hiburan yang mengedukasi, para penonton juga diajak untuk menjaga kebersihan khususnya ekosistem laut dengan tidak membuang sampah sembarangan, memisahkan sampah plastik dengan plastik lainnya serta mengurangi penggunaan plastik. Selain Kiko ada animasi pemenang FFI 2020 berjudul Prognosis yang menyampaikan pesan untuk menjaga kebersihan sungai dan lingkungan sekitarnya. Pengkajian ini bertujuan untuk: 1. mengidentifikasi karakter animasi Kiko dan Prognosis, 2. Menganalisis praktek sosial dari animasi Kiko dan Prognosis dalam menyampaikan pesan kepedulian sampah plastik kepada anak sedini mungkin. Metode penelitian yang digunakan dalam pengkajian ini adalah kualitatif, menggunakan teori sosiologi Piere Bordieu untuk menganalisis pesan dari animasi tersebut dalam menyampaikan praktek sosial peduli lingkungan. Pengumpulan data dilakukan melalui peninjauan film animasi dan pengamatan sistematis terhadap karakter yang muncul dalam animasi tersebut dan referensi pustaka. Hasil penulisan artikel ini menunjukkan bahwa praktek sosial peduli lingkungan yang disampaikan melalui media animasi dengan target pemirsanya mulai dari anak-anak sekolah dengan didampingi orang tuanya. Temuan pengkajian ini adalah melalui artikel ini adalah praktek sosial peduli lingkungan yang dikolaborasikan melalui film animasi.</p>2025-01-05T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 https://eproceeding.isidps.ac.id/index.php/bdw/article/view/587SIMBOLISME ALAM DALAM KARYA MUSIK DIALITA SEBAGAI EKSPRESI MEMORI KOLEKTIF PASCATRAGEDI 19652025-01-14T06:43:31+00:00Yedija Remalya Sidjabat[email protected]<p>Penelitian ini menganalisis peran simbolisme alam dalam karya musik paduan suara Dialita. Dialita adalah kelompok perempuan mantan tahanan politik peristiwa 1965 yang memanfaatkan alam sebagai medium untuk mengekspresikan memori kolektif dan menyuarakan pengalaman trauma. Penelitian ini berfokus pada lagu berjudul Taman Bunga Plantungan yang mengeksplorasi elemen-elemen alam, seperti taman dan bunga yang digambarkan sebagai saksi bisu dari penderitaan serta pengingat atas memori yang dibungkam oleh negara. Berdasarkan teori memori kolektif yang dipaparkan oleh Maurice Halbwachs, alam dipahami sebagai idiom kultural yang memungkinkan para penyintas membentuk ruang sakral untuk merefleksikan dan menghubungkan pengalaman kolektif dengan audiens. Penelitian ini dilakukan melalui analisis lirik dan observasi video pertunjukan di platform online. Pengamatan yang dilakukan memperlihatkan bahwa simbolisme alam menciptakan kesadaran kolektif dan ruang rekonsiliasi yang dapat menghubungkan generasi terdahulu dan kini dalam memahami sejarah yang terlupakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alam tidak hanya menjadi latar estetis, tetapi juga ruang kesakralan yang memperkuat proses pemulihan sosial dan memori kolektif dalam konteks pascakonflik.</p>2024-12-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025