NARASI KIDUNG “TURUN TIRTA” SEBAGAI MEDIA LITERASI PEMULIAAN AIR
Main Article Content
Abstract
Air bagi masyarakat Hindu di Bali bukan hanya tentang persoalan hidup, melepas dahaga, mencuci baju, membersihkan fisik, melainkan air adalah segala-galanya. Segala upacara di Bali, mulai dari kelahiran sampai kematian itu sendiri, semuanya berawal dan bermuasal dengan air. Begitu umat Hindu di Bali memuliakan air yang terus hidup dari generasi satu hingga generasi lainnya. Memuliakan air adalah keharusan bagi masyarakat Hindu di Bali, khususnya pada generasi muda. Dibutuhkan media literasi terkait pemuliaan air yang efektif dan konteksnya dalam mengenalkan dan memahami pemuliaan air ini. Salah satunya yaitu dengan sentuhan sastra, khususnya kidung “Turun Tirta”. Narasi kidung “Turun Tirta” ini memberi implikasi kepada umat atau masyarakat yang melantunkannya dan juga mendengarnya untuk dapat merasakan fungsi air bagi masyarakat Hindu di Bali. Air bukan hanya sebatas air, melainkan lebih dari itu, air bagi masyarakat di Bali fungsinya sangat kompleks. Air suci atau tirta bahkan bisa dikatakan sebgaai suatu hal yang vital kehadirannya di Bali.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
BALI DWIPANTARA WASKITA (Seminar Nasional Republik Seni Nusantara) © 2021 by Institut Seni Indonesia Denpasar is licensed under Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International