POSITIONING SINEMA SENI LAUT DAN GUNUNG DALAM REKA CIPTA FILM MUSIK “KAWYAGITA MANDALA”
Main Article Content
Abstract
Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan positioning sinema seni laut dan gunung dalam reka cipta film musik pengantar roh yang berjudul “Kawyagitan Mandala”. Film ini mengangkat objek penciptaan gong luang sebagai gamelan sakral dan keramat dalam tradisi Bali yang biasanya untuk mengiringi upacara kematian pitra yadnya. Visual film menawarkan posisi laut dan gunung sebagai gambar penting dalam film. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data dari studi lapangan yaitu mewawancarai produser, sutradara dan penulis naskah film, serta studi pustaka terkait buku dan jurnal yang relevan. Dengan menggunakan teori Geoff King menemukan hasil bahwa positioning sinema seni sebagai upaya berani untuk menilai seni film secara objektif. Hasil analisis sinema seni laut dan gunung dari sudut pandang ilmiah dan tidak bias, yaitu simbul dari upacara Nyegara Gunung dalam rangkaian Ngaben. Nyegara Gunung adalah upacara pitra yadnya untuk proses penciptaan dari dewa pitara menjadi Dewa. Upacara ini sebagai harmonisasi secara spiritual yang berorientasi pada gunung dan lautan, yang juga dimaknai luan-teben, sekala-niskala, rwa bhineda dan sebagainya. Segara atau laut sebagai lambang predhana (perempuan) dan gunung sebagai lambing purusa (laki-laki). Upacaranya sendiri divisualkan di tepi pantai atau segara (laut), karena laut memiliki makna filosofis sebagai sumber kehidupan. Implikasi penelitian ini adalah untuk memberi ruang sineas dalam menciptakan film dengan tetap memegang teguh tradisi dan filosofi yang diwariskan.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
BALI DWIPANTARA WASKITA (Seminar Nasional Republik Seni Nusantara) © 2021 by Institut Seni Indonesia Denpasar is licensed under Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International